} -->

Sejarah Pramuka Pancargas

Nama Pancargas pertama kali digunakan sebagai nama Gugus Depan pada tahun 1990 setelah SMP Negeri 7 Malang Berubah menjadi SMP Negeri 3 Singosari

Salam Pramuka,

Bagaimana kabar teman-teman dan kakak-kakak sekalian, lama tidak memposting kegiatan dan artikel nih. Pada edisi kali ini kita akan membahas tentang OSCAR OPEN Penggalang SD/MI Sederajat Tingkat Jawa Timur. Langsung klik gambar saja ya...

Pramuka Malang Raya : Battle of Scout Yell

Saat ini istilah Battle of Scout Yell sedang hangat di Pramuka Penggalang Malang Raya. Mengapa bisa begitu? silahkan kunjungi artikel ini

Pemengumuman Pemenang OSCAR ONLINE OPEN 2020

Ayo kumpul kemari, tengok pengumuman pemenang OSCAR ONLINE OPEN 2020.



web stats

Minggu, 28 Oktober 2018

PRAMUKA DAN RADIKAL

Artikel Elbi & Melti



PRAMUKA DAN RADIKAL 

Banyak orang, saat ini, bersikap radikal terhadap sesamanya dalam arti negatif. Mereka menjelek-jelekkan orang lain terus-menerus, bersikeras memaksakan kehendak, marah bertubi-tubi ke orang yang sama, melukai sesama tanpa sebab jelas, dan membenci sampai ke akarnya tanpa ampun. Itu semua ciri orang radikal. Tentu  sikap negatif demikian itu bukan jalan yang harus dilalui seorang pramuka. Pramuka itu Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.

Pramuka harus tegar dan kuat di jalan kehalusan budi. Trisatya dan Dasadarma telah mengharuskan seorang Pramuka untuk halus budinya, setia kepada bangsa dan negara, dan maju kecakapan hidupnya. Keharusan itu mutlak karena telah ditera di tujuan Gerakan Pramuka. Dengan begitu, Pramuka akan terhindar dari penyakit diri dan perusak Trisatya dan Dasadarma yang bernama radikal. Pramuks harus terbebas dari radikal dan radikalisme.

Sikap radikal negatif harus dijauhi karena tidak akan mampu membentuk pramuka sejati. Manusia itu berada di empat tingkat. Jika ingin berbudi baik, masuklah ke peringkat tertinggi. Peringkat pertama, manusia disebut makhluk hidup. Sebagai makhluk, manusia sejajar atau sama dengan hewan dan tumbuhan. Sikapnya liar, saling berebut, tidak kenal aturan  dan radikal. Dia mudah marah. Dia mudah melukai. Pikiran digunakan hanya untuk menang sendiri.

Peringkat kedua adalah manusia. Dia sudah melewati sebutan makhluk hidup karena disebut manusia. Sebagai manusia, dia bukan hewan dan bukan tumbuhan. Sikap dan pikirannya sebagai manusia yang mampu membedakan yang benar dan salah, baik dan buruk, utama dan tercela, sekarang atau nanti, dan seterusnya. Dia sudah mampu memilih untuk dirinya dan orang lain demi kebaikan. Dia sangat toleransi. Dia peduli sesama.

Peringkat ketiga adalah manusia disebut insan kamil. Manusia sebagai insan kamil mempunyai keharusan yang benar, baik, utama, dan bersikap sangat peduli kepada sesama. Dia membetikan pertolongan dalam keadaan apapun. Dia tidak sekadar bertoleransi tetapi sampai pada membantu dengan penuh kebaikan.

Peringkat keempat adalah hamba Tuhan. Manusia sebagai hamba Tuhan, selalu melaksanakan tugas hidup seperti perintah Tuhan. Dia halus budinya, terpuji sikapnya, mencerahkan pikirannya, pembebas kebodohan, dan seterusnya. Dia tidak memerlukan pujian karena jalannya adalah memberi bagaikan matahari. Luas hatinya seluas samudera.

Tentu Pramuka, dengan Trisatya dan Dasadarma tidak akan pernah radikal karena dia tahu bahwa radikal adalah serendah-rendahnya manusia. Pramuka selalu peduli sesama. Kawan adalah energi positif bagi kemajuan diri. Lawan itu tidak ada karena semuanya sesama. Inspirasi dan imajinasi diri dikembangkan untuk kebaikan cipta, rasa  dan karsa.

Tempat belajar bagi Pramuka agar terhindar dari radikal adalah di kelompoknya (barung, regu, sangga, reka). Dalam tim, Pramuka menimba ilmu toleransi, peduli, kebersamaan, kolaborasi, dan jati diri.

Radikal terhadap orang lain itu perbuatan tercela. Pramuka wajib menghindarinya. Pembina perlu terus menerus berada pada ajaran halus budi dengan meneroka Trisatya dan Dasadarma. Pramuka dilarang radikal karakternya, radikal kepada bangsa dan negaranya.

Iri, sombong, menang sendiri, kasar dalam laku dan wicara, laku lajak, dengki, sok jagoan, sok kuasa, dan sikap negatif lainnya adalah pangkal radikal. Pembina harus sering bertutur dengan adiknya tentang pangkal radikal itu. Berdialoglah di tenda kebahagiaan. Selamat membina.

#pusdiklatnas
#kakyatno

Rabu, 24 Oktober 2018

PENGALAMAN PERJALANAN

Artikel Elbi & Melti


Seorang Pembina Pramuka adalah seorang Pendidik pula yang fungsinya mengantarkan anak didiknya menjadi dewasa, berkarakter, menjadi sukses, mencapai cita-cita, memimpin bangsa, merubah keadaan, membangun peradaban. Sehebat apa seharusnya seorang Pembina, semestinya memang membekali diri dengan berbagai keahlian, keterampilan, pengetahuan dan sikap. Seorang Pembina yang pendidik itu bisa dianalogikan seperti sebuah jembatan.
             Mengapa jembatan? Ilustrasi berikut diambil dari sebuah pengalaman penulis, yang bisa menggambarkan peran Pembina terhadap Anak didiknya.

PENGALAMAN  PERJALANAN

Cukup tersentak, dalam perjalanan penjelajahan dengan adik-adik penegak di gugus depan kami ketika harus menyeberangi sebuah sungai berarus deras di pedalaman Kalimantan. Misi perjalanan kami adalah menemukan pos terakhir sebelum matahari terbenam. Di peta perjalanan pos tersebut berada di sebuah dusun di balik bukit seberang sungai. Di sana kami bisa beristirahat melewatkan malam.

Sementara kondisi anggota sangga penegak kami sudah kelelahan semua, bahkan ada yang terluka. Di tengah kelelahan dan keputusasaan, sebagian meminta berhenti dan bermalam di tepi sungai, sebagian lagi ingin tetap menyeberang namun tidak bisa berenang.

Sebagai Pembina, aku harus bersikap atas kondisi ini. “What now?”  Dalam benakku, mereka harus dikuatkan mentalnya. Dikembalikan kepercayaan dirinya. Dibangkitkan semangatnya. Tim ini harus tetap solid dan utuh. Pergi bersama, pulang pun harus bersama.

Dengan sedikit keterampilan tali-temali kami rangkai akar pohon dan ranting kecil beberapa lapis hingga membentuk untaian tali yang kira-kira sepanjang lebar sungai. Kutawarkan seorang pemberani diantara mereka menyeberang sungai melawan derasnya arus sambil mengikat tali akar tadi di pinggangnya. Dari tepi sungai kami mengulur sambil mengendalikan tali. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di seberang, dililitkannya tali di sebatang pohon, hingga membentang membuat kami bisa berpegangan. Satu persatu kami lintasi sungai sampai bisa mencapai seberang. Kurang lebih dua jam usaha kami menemukan hasil. Kami semua selamat sampai pos terakhir.

Di dusun tempat kami bermalam, kami temukan sekelompok masyarakat terpencil, dengan tingkat budaya dan ekonomi yang rendah. Mereka berkeluh kesah pada kami akan sulitnya mendapatkan akses ke kota kecamatan sekalipun. Mereka tidak bisa memasarkan hasil kebun dan ternak. Anak-anak mereka tidak ada yang bersekolah sampai tingkat SMP karena sekolah terdekat adanya di kota kecamatan. Belum lagi kendala komunikasi sebagian besar masyarakatnya yang hanya mengenal bahasa daerahnya. Dan masih banyak ketertinggalan yang mereka miliki.

Karena kami dianggap pendatang dari kota, mereka menitipkan pesan pada kami untuk disampaikan kepada pemerintah supaya membuka isolasi daerahnya, membuatkan jalan tembus yang layak, dan yang penting sekali membuatkan jembatan penyeberangan yang memadai untuk menyeberangi sungai yang mengurung dusun mereka.

Antara jalan tembus dan jembatan sebenarnya sama pentingnya, namun melihat kondisi.

bagaimana seorang Pembina pramuka berperan dan berfungsi sebagai sebuah jembatan, dengan analisa sebagai berikut:

Pembina harus mampu mengantarkan anak didiknya ke gerbang kesuksesan hidup, berkembang di masyarakat, membangun peradaban.

Seberat apapun beban yang ditanggungnya, siapapun yang dibinanya, semestinya dia ikhlas menerima dengan penuh tanggung jawab, tanpa mengharap pujian, hormat, dan balas jasa dari mereka.

Terpaan badai kehidupan kadang melanda (masalah pekerjaan pokok, ekonomi keluarga, kesehatan, peran di masyarakat) dia harus tetap sabar menjalaninya dan selalu berusaha mengatasinya, sekalipun berdampak pada kondite pekerjaan, hubungan dengan keluarga, kondisi kesehatan hingga berkurangnya penghasilan.

Pembina juga harus menguatkan dan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang handal, sikap dan kesantunan yang bisa diteladani. Ibarat konstruksi bahan bangunan jembatan yang harus terbuat dari material yang baik dan berkualitas, supaya dia kokoh dan tahan lama.

Jembatan yang dibangun dengan keindahan dan nilai estetika yang tinggi membuat orang senang melewatinya, senang menyebutnya, bahkan bisa menjadi landmark sebuat tempat, orang bisa berfoto dengan latar jembatan tersebut. Ini menggambarkan betapa Pembina yang berpenampilan baik, rapi, sopan, selaras kata dan perbuatan, membuat anak didiknya nyaman di dekatnya, menyukai dan merindukan kehadirannya, sampai mengenangnya bila dia tak ada.

Pembina adalah “jalan yang lurus” yang menjadi rujukan dan teladan yang benar, memberikan yang terbaik, menghantarkan sampai tujuan, menepati janji, tidak menyesatkan dan menjerumuskan, tidak pula menggagalkan.

Oleh:
SUPRIHATNO, M. Pd. / Kak Nono S.
(Pelatih Pembina Pramuka Kaltim)